Banjir di Kota Tepian seperti “penyakit” menahun yang tak
sembuh-sembuh. Sudah banyak “resep obat” yang diberikan oleh para pakar, tapi
hingga kini bencana itu seperti tanpa solusi. Bahkan Samarinda selama dua hari
berturut-turut diterjang banjir. Kemarin (28/11), banjir kian menjadi-jadi.
Hal itu membuat kinerja Pemkot Samarinda menanggulangi banjir
patut dipertanyakan. Bukannya titik banjir teratasi, kini banjir malah semakin
meluas dan lebih dalam.
Wali Kota Syaharie Jaang menyampaikan keprihatinannya atas
bencana banjir yang kembali menerjang kotanya. Jaang menyebut, banjir yang
begitu besar dan hampir menerjang seluruh kawasan Samarinda terjadi karena
faktor curah hujan berlangsung lama dengan intensitas tinggi sejak pagi hingga
siang.
Dirinya mengaku, sudah berupaya memantau banjir se-Samarinda
bersama sejumlah kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). “Kami prihatin.
Kami memang ada upaya penyelesaian pada periode sekarang dan mulai dilakukan
2017. Tapi, dengan curah hujan yang tinggi, pasti tidak bisa diselesaikan
dengan baik. Hari ini (kemarin) curah hujan cukup tinggi, di mana-mana banjir,
bukan hanya di Samarinda,” terang Jaang.
Dikatakan, saat terjadi banjir sudah menginstruksikan Pj sekkot,
camat, hingga lurah untuk memantau langsung kondisi banjir. Termasuk peristiwa
longsor yang terjadi pada malam sebelumnya, Minggu (27/11).
“Saya sudah kerahkan bantuan di lapangan. Ada Dishub (Dinas
Perhubungan) untuk membantu kelancaran lalu lintas, ada juga BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) yang mengerahkan perahu karet. Mereka bantu
evakuasi dan sebagainya, kalau menghilangkan banjir yang enggak mungkin,”
terangnya, setelah memantau titik-titik banjir se-Samarinda melalui smartphone.
Ketua Komisi III DPRD Samarinda Adi Gustiawarman menuturkan,
peristiwa banjir besar yang terus terjadi di Kota Tepian patut menjadi kritik
pedas atas kinerja Pemkot Samarinda selama ini.
Ratusan miliar uang rakyat melalui APBD yang dianggarkan tidak
membuahkan hasil. Bahkan, jika diamati kondisi banjir semakin parah. Daerah
yang sebelumnya tidak tergenang banjir malah masuk daftar titik genangan baru.
“Ini bukti pemkot enggak ada kerjanya. Duit yang dianggarkan tidak ada hasil
signifikan, enggak bisa dinikmati manfaatnya. Itu banjir pasti semakin parah
ketika musim hujan begini,” ucap politikus Partai Golkar tersebut.
Dia mencontohkan, salah satu titik banjir yang dikerjakan, yakni
di kawasan Air Hitam dengan pembangunan polder. Sempat teratasi, namun setelah
pembangunan Flyover Air Hitam, fungsi polder tampak hilang. Sudah tidak bisa
mengatasi banjir di kawasan Air Hitam. “Sudah sempat teratasi, tapi karena
penanganan asal-asalan enggak dievaluasi, drainase yang ada di Flyover Air
Hitam tidak bekerja. Banjirnya dalam, motor saja tenggelam,” kecewa dia.
Dia menegaskan, kinerja pemkot mesti dievaluasi. Penangan banjir
selama ini dengan menelan anggaran yang begitu besar tidak berdampak maksimal.
Bahkan nyaris tidak ada hasilnya.
“Ini wali kota malah prihatin. Kalau wali kota saja prihatin
apalagi warganya pasti menderita. Janji, visi, dan misinya saat maju
direalisasikan, kalau dalih sulit anggaran itu dipakai tidak masuk akal, ada
cara untuk menyiasatinya,” sebutnya.
Source By : PROKAL.CO, SAMARINDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar